ABSTRAKSI
Di
kota lebih banyak tercemar dibandingkan di daerah pedesaan, karena di kota
banyak terdapat industri yang telah dibangun dan banyaknya jumlah
kendaraan yang telah meningkat pesat, tetapi juga banyak kendaraan yang
tidak dirawat dengan baik, disamping kualitas bahan bakar yang masih
mengandung timbel ( Pb ), sehingga menghasilkan emisi yang dapatmengganggu
kesehatan.Contohnya kota-kota di Indonesia, khususnya di kota-kota besarnya
seperti, Jakarta,Yogyakarta, Surabaya, dan lain-lain. Kendaraan bermotor
,mempunyai andil yang sangat besar dalam memberikan kontribusi pada polusi
udara. Kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara
mencapai 60-70%, bandingkan dengan industri yanghanya berkisar antara 10-15%.
Sedangkan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaransampah, kebakaran
hutan/ladang dan lain-lain.Dari jumlah total tiap zat pencemaran utama yang
dikeluarkan setiap tahun,karbonmonoksida ( CO )merupakan zat pencemar terbanyak
dan kendaraan bermotor adalah sumber utamanya. Namun perlu diingat kita
tidak boleh memandang jenis zat tercemar atausumbernya semata-mata berdasarkan
jumlah total emisi tiap tahun. Kita juga harusmempertimbangkan sejauh mana
tingkat bahaya setiap jenis zat pencemar, terutama terhadap kesehatan manusia.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Polusi udara adalah
udara yang mengandung satu atau lebih zat kimia dalam konsentrasi yangcukup
tinggi yang dapat gangguan pada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan
harta benda.Polusi udara berpotensi mempengaruhi kesehatan masyarakat,
antara lain menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit yang ditimbulkan
tergantung pada bahan pencemaran udaratersebut.Polusi udara dapat menimbulkan
gangguan kesehatan pada manusia melalui berbagai cara,antara lain dengan
merangsang timbulnya atau sebagai faktor pencetus sejumlah penyakit.Kelompok
yang terkena terutama bayi, orang tua dan golongan berpenghasilan
rendah biasanya tinggal di kota-kota besar dengan kondisi perumahan dan
lingkungan yang buruk.Terdapat korelasi yang kuat antara pencemaran udara
dengan penyakit bronchitis kronik ( menahun ). Walaupun merokok hampir
menjadi urutan tertinggi sebagai penyebab dari penyakit pernapasan
menahun, sulfur oksida, asam sulfur, pertikulat dan nitrogen dioksidatelah
menunjukkan sebagai penyebab dan pencetus ashma brochiale, bronchitis menahun
danemphysema paru.
1.2
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, dapat disusun beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1.
Seberapa besar kontribusi kendaraan
bermotor dalam menghasilkan polusi udara ?
2.
Bagaimana dampak polusi udara dalam
kehidupan sehari-hari?
1.3
Tujuan
Penelitian
Tujuan
dari penelitian
ini adalah:
1.
Mengetahui
dan menganalisa
potensi
polusi
udara yang terbentuk akibat
kendaraan
bermotor dalam lingkungan sehari-hari
2.
Dapat diketahuinya dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh parameter pencemar udara dan dapat mengambil tindakan pengandalian.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian
Pencemaran Udara
Pengertian pencemaran udara
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai
Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia
seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah,
sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api
yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas. Menurut Peraturan Pemerintah RI
nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara
adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam
udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara,
pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan
manusia. Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan
atau zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi
udara dari susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing
tersebut di dalam udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat
menimbulkan gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan (Wardhana,
2004).
2.2 Sumber
Pencemaran Udara
Menurut Harssema dalam Mulia (2005),
pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau
pencemar yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan
oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi akibat proses alam disebut biogenic
emissions, contohnya yaitu dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai
yang menghasilkan gas metan (CH4). Emisi yang disebabkan kegiatan manusia
disebut anthropogenic emissions Contoh anthropogenic emissions yaitu
hasil pembakaran bahan bakar fosil, pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke
udara, dan sebagainya.
Nugroho (2005) menyebutkan sumber pencemaran udara dengan
istilah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadi secara
alamiah. Sedangkan faktor eksternal merupakan pencemaran udara yang diakibatkan
ulah manusia. Sumber pencemaran udara dapat pula dibagi atas:
1. Sumber bergerak, seperti: kendaraan bermotor
2. Sumber tidak bergerak, seperti:
a. Sumber titik, contoh: cerobong asap
b. Sumber area, contoh: pembakaran terbuka di wilayah
pemukiman (Soemirat, 2002)
2.3 Jenis-Jenis
Pencemaran Udara
Ada beberapa jenis pencemaran udara,
yaitu (Sunu, 2001):
1. Berdasarkan bentuk
a. Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat
cair karena dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO, SOx, NOx.
b. Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang
berasal dari zarahzarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan,
cairan, maupun padatan dan cairan secara bersama-sama. Contohnya: debu, asap,
kabut, dan lain-lain.
2. Berdasarkan tempat
a. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang
disebut juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop, sekolah,
rumah sakit, dan bangunan lainnya. Biasanya zat pencemarnya adalah asap rokok,
asap yang terjadi di dapur tradisional ketika memasak, dan lain-lain.
b. Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang
disebut juga udara bebas seperti asap asap dari industri maupun kendaraan
bermotor.
3. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan
a. Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan
iritasi jaringan tubuh, seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida.
b. Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen
dan tidak mampu melepas Karbon Dioksida. Gas penyebab tersebut seperti CO, H2S,
NH3, dan CH4.
c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan
biasanya merupakan pencemaran udara dalam ruang. Contohnya; Formaldehide dan
Alkohol.
d. Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan.
Zat penyebabnya seperti Timbal, Cadmium, Fluor, dan Insektisida.
4. Berdasarkan susunan kimia
a. Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung
karbon seperti asbestos, ammonia, asam sulfat, dan lain-lain.
b. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon
seperti pestisida herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-lain.
5. Berdasarkan asalnya
a. Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan
langsung ke udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan membahayakan.
Contohnya: CO2, yang meningkat diatas konsentrasi normal.
b. Skunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari
hasil reaksi
anatara zat polutan primer dengan komponen alamiah.
Contohnya: Peroxy
Acetil Nitrat (PAN).
Pada keadaan normal, sebagaian besar udara terdiri atas
oxygen dan nitrogen (90%). Tetapi, aktivitas manusia dapat merubah komposisi
kimiawi udara sehingga terjadi pertambahan jumlah species, ataupun meningkatkan
konsentasi zat-zat kimia yang sudah ada. Aktivitas manusia yang menjadi sumber
pengotoran/pencemaran udara adalah buangan industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran
dirumah-rumah dan diladang-ladang. Zat-zat sebagai akibat aktivitas manusia ini
dapat digolongkan pada (i) zat kimia, (ii) zat fisis, dan (iii) zat biologis.
BAB
III
METODE
PENELITIAN DAN DASAR BAB
Metode penulisan yang
dilakukan berdasarkan penelitian terhadap polusi udara yang terjadi dalam
kehidupan sehaari-hari yang juga merupakan dampak dari munculnya penyakit yang
apabila tidak segera diminimalisir akan menjadi dampak serius bagi manusia.
Sedangkan dasar bab
mencakup pembahasan tentang segala aspek yang ditinjau dalam pembahasan makalah
ini, dengan meneliti, mensurvey dan membandingkan semua penyebab yang terjadi
dalam polusi udara.
BAB
IV
ANALISA
DAN PEMBAHASAN
4. 1 Komponen
Pencemar Udara dari Kendaraan Bermotor
Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia bertambah rata-rata
12% per tahun dalam kurun waktu 2000-2003. Sementara itu, pertumbuhan kendaraan
penumpang dan komersial diproyeksikan mencapai berturut-turut 10% dan 15% per
tahun antara tahun 2004-2006. Pada tahun 2004, total penjualan kendaraan
penumpang adalah 312.865 unit, sedangkan kendaraan komersial (bus dan truk)
mencapai 170.283 unit. Pada akhir tahun 2005 dan selama tahun 2006 jumlah
penjualan kendaraan penumpang dan komersial diperkirakan mencapai 550.000 dan
600.000 unit.
4.1.1. Karbon
Monoksida (CO)
CO adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan juga
tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -1920C. Gas CO
sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa
gas buangan. Selain itu, gas CO dapat pula terbentuk karena aktivitas industri.
Sedangkan secara alamiah ,gas CO terbentuk sebagai hasil kegiatan gunung berapi,
proses biologi dan lain-lain walaupun dalam jumlah yang sedikit (Wardhana,
2004).
CO
yang terdapat di alam terbentuk melalui salah satu reaksi berikut
a.
Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandun karbon
b.
Reaksi antara CO2 dengan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.
c.
Penguraian CO2 menjadi CO dan O
Berbagai
proses geofisika dan biologis diketahui dapat memproduksi CO, misalnya
aktivitas vulkanik, pancaran listrik dari kilat, emisi gas alami, dan lain-lain
Sumber CO lainnya yaitu dari proses pembakaran dan industri (Fardiaz, 1992).
Menurut
Kurniawan, sebagian besar gas CO yang ada diperkotaan berasal dari kendaraan
bermotor (80%) dan ini menunjukkan korelasi yang positif denga kepadatan lalu
lintas dan kegiatan lain yang ikut sebagai penyumbang gas CO d atmosfer
(Sugiarta, 2008). Hasil penelitian tersebut ditegaskan oleh penelitian yang
dilakukan Sastranegara yang menyatakan hal serupa dan menekankan bahwa semakin
lama rotasi atau putaran roda kendaraan per menit, semakin besar kadar CO yang
diemisikan.
4.1.2. Nitrogen
Oksida (NO
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida
nitrogen mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO
(Wardhana, 2004). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas
tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen
dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Reaksi pembentukan
NO2 dari NO dan O2 terjadi dalam jumlah relatif kecil, meskipun dengan adanya
udara berlebih. Kecepatan reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO.
Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan reaksi pembentukan NO akan berjalan
lebih lambat. Selain itu, kecepatan reaksi pembentukan NO2 juga dipengaruhi
oleh konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini berarti jika
konsentrasi NO bertambah menjadi dua kalinya, maka kecepatan reaksi akan naik
empat kali. Namun, jika konsentrasi NO berkurang setengah, maka kecepata reaksi
akan turun menjadi seperempat (Fardiaz, 1992).
Nitrogen
monoksida (NO) tidak berwarna, tidak berbau, tidak terbakar, dan sedikit larut
di dalam air (Sunu, 2001). NO terdapat di udara dalam jumlah lebih besar
daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan
oksigen di udara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih
banyak oksigen membentuk NO2 (Depkes).
Kadar
NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi
dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan manusia akan menunjang
pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator pembangkit listrik,
pembuangan sampah, dan lain-lain. Namun, pencemar utama NOx berasal dari gas
buangan hasil pembakaran bahan bakar gas alam (Wardhana, 2004).
Selain
itu, kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung
dari intensitas sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor. Dari
perhitungan kecepatan emisi NOx diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata NO2 di
atmosfer kira-kira 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO adalah 4 hari dan gas ini
bersifat akumulasi di udara yang bila tercampur dengan air akan menyebabkan
terjadinya hujan asam (Sugiarta, 2008).
4.1.3. Belerang
Oksida (SOx)
Ada dua macam gas belerang oksida (SOx), yaitu SO2 dan SO3.
Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 sangat
reaktif. Konsentrasi SO2 di udara mulai terdeteksi oleh indra penciuman manusia
ketika konsentrasinya berkisar antara 0,3-1 ppm. Gas hasil pembakaran umumnya
mengandung lebih banyak SO2 daripada SO3. Pencemaran SOx di udara terutama
berasal dari pemakaian batubara pada kegiatan industri, transportasi dan lain
sebagainya (Wardhana, 2004).
Pada
dasarnya semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah dalam bentuk SO2 dan hanya
1-2% saja sebagai SO3. Pencemaran SO2 di udara berasal dari sumber alamiah
maupun sumber buatan. Sumber alamiah adalah gunung berapi, pembusukan bahan
organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan
akan menghasilkan H2S yang akan berubah menjadi SO2. Sedangkan sumber SO2
buatan yaitu pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan terutama batubara yang
mengandung sulfur tinggi (Mulia, 2005). Pabrik peleburan baja merupakan
industri terbesar yang menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan adanya elemen
penting alami dalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga (CUFeS2 dan CU2S),
zink (ZnS), merkuri (HgS) dan timbal (PbS). Kebanyakan senyawa logam sulfida
dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang
mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehendaki
di dalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam
kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu,
SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian
akan terdapat di udara (Depkes).
4.1.4. Hidrokarbon
(HC)
Hidrokarbon terdiri dari elemen hidrogen dan karbon. HC
dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon
pembentuk HC, maka molekul HC cenderung berbentuk padatan. HC yang berupa gas
akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair
maka HC akan membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan
membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu (Depkes).
Sumber
HC antara lain transportasi, sumber tidak bergerak, proses industri dan
limbah padat. HC merupakan sumber polutan primer karena dilepaskan ke udara
secara langsung. Molekul ini merupakan sumber fotokimia dari ozon. Bila
pencemaran udara oleh HC disertai dengan pencemaran oleh nitrogen oksida (NOx),
maka akan terbentuk Peroxy Acetyl Nitrat dengan bantuan oksigen (Sunu,
2001).
BAB V
KESIMPULAN
Di dalam pengendalian
pencemaran udara, seringkali
teknologi yang
tepat belum tentu menjamin dapat segera terlaksananya upaya tersebut. Pertimbangan segi ekonomi sering menjadi kendala utama. Di lain pihak kadang pemecaha
n tidak segera dapat
ditemukan karena kurangnya
fasilitas teknologi yang
ada.
Dalam keadaan seperti ini maka upaya pengendalian pencemaran terhadap lingkungan dapat dilakukan secara administratif dengan menerapkan peraturan perundangan yang telah ada secara ketat.
Sumber Bacaan :
- andhikamuhammad.blogspot.com
- http://munabarakati.blogspot.com/2012/10/pencemaran-udara-dan-sumbernya.html
- http://www.docstoc.com/docs/80308985/POLUSI-ASAP-KENDARAAN-BERMOTOR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar